SEKILASSUMSEL.COM – Mulai Februari 2025, Sumatera Selatan (Sumsel) akan menerapkan kurikulum muatan lokal (mulok) bertema pangan lokal di 17 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 17 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di seluruh kabupaten dan kota. Program ini bertujuan untuk mengenalkan keanekaragaman pangan lokal sebagai langkah strategis meningkatkan ketahanan pangan sejak dini.
Koordinator Pengawas SMA di Sumsel sekaligus anggota Tim Pengembangan Kurikulum Dinas Pendidikan Sumsel, Muslim, menjelaskan bahwa setelah uji coba dimulai pada Februari, evaluasi akan dilakukan pada Juni 2025. “Hasil evaluasi akan menjadi bahan masukan dari para ahli untuk menyempurnakan kurikulum ini. Harapannya, kurikulum ini dapat menjadi kebijakan tetap melalui Peraturan Gubernur,” ujar Muslim dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Mulok Pangan Lokal di Palembang, Rabu (22/1).
Muslim menambahkan, kurikulum ini mengintegrasikan berbagai jenis pangan lokal yang dapat diolah menjadi beragam varian makanan. Di Sumsel, sumber daya alam seperti ikan sungai yang berasal dari Sungai Musi dan anak-anak sungainya menjadi bahan ajar utama. Ikan sungai dapat diolah menjadi makanan khas seperti bekasam dan ikan salai, yang dikenal karena keawetannya.
Melestarikan Tradisi Pangan Lokal
Aries Jumliansyah, pemerhati lingkungan di Sumsel, menyambut positif inisiatif ini. Menurutnya, makanan khas daerah seperti bekasam dan rusip perlu diperkenalkan kembali kepada generasi muda. “Bekasam dan rusip adalah wujud kearifan lokal Sumsel yang harus dilestarikan. Generasi muda perlu mengenal ini agar tradisi tidak tergeser oleh tren makanan asing,” kata Aries.
Bekasam dibuat dari ikan sungai kecil seperti seluang dan pirik, yang difermentasi bersama nasi kering dan garam selama sekitar satu minggu. Sementara itu, rusip memiliki proses serupa namun tanpa menggunakan nasi kering. Kedua makanan ini masih banyak diproduksi di daerah seperti Pagar Alam, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Ogan Komering Ulu (OKU).
Edukasi Ketahanan Pangan untuk Masa Depan
Arya Ahmad Mangunwibawa, perwakilan dari Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Kemendikdasmen, mendukung penerapan kurikulum ini sebagai langkah edukasi generasi muda dalam menghadapi perubahan iklim dan memastikan keberlanjutan pangan lokal. “Ini bukan hanya soal pembelajaran, tapi juga membangun kesadaran di kalangan siswa SMA dan SMK tentang pentingnya ketahanan pangan,” ujarnya.
Ia menambahkan, keberhasilan program ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain dan diadopsi secara nasional. Dengan kolaborasi dari berbagai pihak, modul pembelajaran akan terus dikembangkan dan dipantau agar program ini berdampak maksimal.
Melalui inisiatif kurikulum mulok pangan lokal, Sumsel tidak hanya berupaya melestarikan warisan budaya, tetapi juga mempersiapkan generasi mendatang untuk lebih tangguh menghadapi tantangan ketahanan pangan.